Friday, October 2, 2015
0 comments

Anak Berkaki Pendek di akibatkan Kekurangan Gizi

10/02/2015 06:56:00 PM
Kekurangan gizi bikin anak stunting (Foto: Edugalaxy)
PADA usia anak tidaklah sama akan tetapi perkembangan tinggi badan anak pasti berbeda-beda. Yang patut diwaspadai apabila anak tumbuh pendek alias stunting. Stunting terjadi akibat kekurangan gizi berulang, baik dalam masa kandungan hingga dua tahun pertama kehidupan anak.

Tidak hanya berpengaruh pada perubahan fisik, dampak kurang gizi atau gizi buruk begitu berpengaruh pada perkembangan otak dan setiap tingkat kecerdasan mereka. 1.000 hari pertama kehidupan anak adalah masa dimana 80 persen otak mereka berkembang.

Dan cara memantau masalah gizi anak, dengan menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat), dimana alat tersebut mencatat berat badan anak dibawah 5 tahun (balita), setiap kali ditimbang setiap bulan secara teratur.

Untuk orangtua bisa menimbang berat badan, mengukur panjang badan serta lingkar kepala dilakukan di posyandu, puskesmas, rumah sakit, bidan atau dokter. Hal itu dilakukan setiap bulan pada tahun pertama, setiap tiga bulan pada tahun kedua da ketiga, setiap enam bulan pada tahun keempat dan kelima.

Ahli gizi dari Divisi Nutrisi dan Penyakit Metabolik FKUI/RSCM, Damayanti Rusli Syarif mengatakan, kecerdasan seseorang ketika dewasa itu tergantung kecukupan gizi ketika mereka di dalam kandungan ibunya. Jika di dalam kandungan kebutuhan gizinya sudah tercukupi, maka perkembangan otaknya baik. Begitu pun pada saat masa pertumbuhan.

"Maka pentingnya 1.000 hari pertama bagi bayi. Bayi yang mengalami gizi buruk maka perkembangan otaknya terganggu. IQ-nya turun. Bila ini terjadi sulit kembali normal, tapi bisa dinaikan," tuturnya dalam diskusi Teknologi Pangan Dalam Pembuatan MP ASI Fortifikasi di Kampus Universitas Indonesia (UI), Depok.

Gejala klinis stunting pada anak diantaranya terjadinya hambatan perkembangan, penurunan fungsi kekebalan, penurunan fungsi kognitif, serta gangguan sistem pembakaran lemak. Sedangkan stunting pada dewasa ditandai obesitas, penurunan toleransi glukosa, hipertensi dan osteoporosis.
“Perlu diketahui juga, lanjutnya bahwa anak kurang dari 2 tahun dan mengalami kelebihan berat badan maka saat dewasa berpotensi obesitas, diabetes, dan jantung koroner,” jelasnya.

(ren/mcn)
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di gudang-go.blogspot.com

0 comments:

Post a Comment

 
Toggle Footer
Top