Sunday, October 4, 2015
0 comments

Memeilih Antara Profesional dan Passion

10/04/2015 08:08:00 PM
Mmeilih antara profesional dan passion (Foto: Theundercover)
SETIAP orang pasti ingin meraih sukses dan bukan hal yang aneh jika sukses diukur dengan uang. Banyak lulusan SMA yang bingung memilih jurusan hingga akhirnya memilih bidang yang dipandang bisa menghasilkan banyak uang di masa depan.
Pasalnya, menemukan passion tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ini pula yang terjadi pada Aditiyo, seorang konsultan karier dan pemilik Career Guide Indonesia. Setelah berkarier di tujuh perusahaan multinasional dalam kurun waktu 11 tahun, ia menyadari jika passion-nya bukan sebagai profesional, tapi sebagai konsultan, pembicara, dan orang yang setiap hari berinteraksi dengan orang baru.

“Saya ini dibesarkan di sebuah keluarga yang sangat eksakta. Profesinya kalau bukan dokter ya insinyur. Tapi di lain pihak, kok sepertinya saya justru lebih suka ngobrol, mendengarkan orang, dan lebih suka tampil. Akhirnya saya memilih IPS,” ucapnya


Situasi seperti ini pasti banyak dialami oleh anak muda di luar sana. Orangtua masih berpikir jurusan peluang memilih jurusan kuliah bagi anak IPA lebih luas. Akibatnya IPS sering dipandang sebelah mata.

“Untungnya orangtua bukan tipe yang melarang. Tapi perjalanan hidup masih belum selesai karena saya belum tahu mau berkarier di bidang apa. Akhirnya saya berpikir jurusan mana yang nantinya paling menghasilkan uang. Dari jurusan Ekonomi Studi Pembangunan, akhirnya saya pindah ke Akuntansi.”

Selulusnya dari UI jurusan akuntansi, ia memang diterima di perusahaan minyak bergengsi milik Prancis bernama Schlumberger. Pekerjaannya sebagai akuntan mengharuskannya duduk di belakang meja, menghitung uang, dan menghitung pajak. “Kalau jam istirahat kantor dan ketemu sama orang, senangnya minta ampun. Waktu itu mindset-nya masih uang,” katanya tanpa segan.
Setahun kerja di Schlumberger, Aditiyo memutuskan untuk mengambil S2 bidang marketing. Lagi-lagi kemujuran menghampirinya, ia diterima di L’OREAL Indonesia.
“Delapan bulan jadi marketing, tiba-tiba dikirim ke lapangan disuruh jadi sales. Persepsi orang tentang sales kan ketok-ketok pintu untuk menawarkan barang dan sering diusir pula. Waktu itu sempat down.”
Di luar dugaan, menjadi sales ternyata sangat menyenangkan. Deal program, deal target, dan deal order di luar dari yang Aditiyo bayangkan. Pencapaian tagetnya sebagai sales membuat kariernya melesat. Ia lantas dipercaya sebagai Jr. Key Account Manager.

Kariernya tidak hanya sampai di situ. Ia kemudian memutuskan bergabung dengan sederetan perusahaan multinasional lainnya seperti Kalbe Nutritional, Nutricia Indonesia (Danone Group), British American Tobacco, Sari Husada (Danone Group), hingga Glanbia Grup. Total ada tujuh perusahaan yang pernah ia jajal dan setiap berpindah perusahaan, kariernya selalu meningkat.
“Orang lain pun heran padahal waktu kuliah, IPK saya biasa-biasa saja, tapi saya bisa dapat pekerjaan di perusahaan-perusahaan besar. Karier saya pun sangat cepat, dari manajer ke senior manajer.”
Kendati demikian, kesuksesannya tetap tidak membuatnya puas. Ia merasa apa yang ia lakukan belum sepenuhnya passion dari hati.

“Waktu di Nutricia saya punya atasan yang sangat friendly dan terbuka sampai hampir tidak punya batasan. Di akhir pekan, rumahnya selalu terbuka untuk orang-orang yang ingin sharing seputar karier bahkan soal hidup. Dari situlah saya terpikir untuk membantu orang-orang seperti mereka,” katanya bercerita tentang awal menjadi konsultan karier.

Pria kelahiran 1981 ini lalu mendirikan sebuah jasa untuk membantu orang lain mendapatkan pekerjaan lewat CV dan interview. Profesi ini Aditiyo jalankan di akhir pekan selama tiga tahun tepatnya dari tahun 2009 sampai 2012. Kini, berdua dengan seorang rekan, Aditiyo telah mengembangkan CV guide menjadi Career Guide Indonesia. Ia telah menemukan passion yang sebenarnya.

“Steve Job bilang, akan sangat sulit untuk orang yang tidak passionate dengan pekerjaannya untuk terus bertahan dalam bidangnya. Mau pilih jalan manapun pasti akan menemui tantangan. Tapi logikanya kalau kamu menjalani sesuatu yang kamu senangi, ketika tantangan datang kamu akan berusaha mencari jalan keluar. Bukannya malah putus asa,” pungkasnya bijak.

Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di gudang-go.blogspot.com

0 comments:

Post a Comment

 
Toggle Footer
Top